OPINI - Dalam dunia politik, sering kali terdengar ungkapan bahwa politik adalah seni dari kemungkinan. Di ranah ini, segala hal yang sebelumnya tampak mustahil bisa menjadi kenyataan, bahkan di luar nalar. Apa yang dulunya dianggap tak mungkin terjadi, sekarang diterima dengan biasa saja. Ini adalah cerminan dari dinamika politik yang terus berubah, di mana kepentingan, aliansi, dan strategi selalu beradaptasi dengan situasi terbaru.
Ungkapan "yang gila pun waras pilih kaos baru" menggambarkan fenomena yang kerap terjadi di dalam politik kontemporer. Dalam kancah perpolitikan, pemilih yang mungkin tadinya memiliki pandangan ekstrem atau tidak relevan tiba-tiba menjadi bagian dari arus utama. Mereka ‘memilih kaos baru, ’ atau beralih dukungan politik dengan cepat sesuai dengan situasi yang berkembang. Pemilih dan tokoh politik sering kali mengubah arah dengan mengejar kesempatan baru, terlepas dari keyakinan awal yang mereka miliki.
Hal ini tak jarang membuat publik kebingungan, sebab yang sebelumnya dianggap tak waras atau tidak mungkin tiba-tiba saja menjadi pilihan rasional di mata banyak orang. Pilihan politik seolah menjadi transaksi pragmatis yang tidak terikat pada idealisme, namun lebih pada peluang dan momentum.
Politik Indonesia di masa sekarang sangat menggambarkan kondisi ini. Seiring mendekati Pilkada 2024, berbagai pergerakan politik menunjukkan bahwa setiap langkah, koalisi, dan keputusan diambil berdasarkan kemungkinan yang dihadapi. Pemilih, aktivis, hingga elit politik bergerak dengan logika yang kadang sulit dimengerti oleh mereka yang hanya melihat politik dari luar.
Baca juga:
Tony Rosyid: Pilpres 2024 Super Damai
|
Namun, itulah esensi politik sebagai seni kemungkinan. Di medan ini, tidak ada yang benar-benar pasti, dan apa yang tampak aneh atau gila hari ini bisa menjadi norma esok. Inilah mengapa pemahaman yang mendalam akan strategi politik menjadi kunci bagi siapa saja yang ingin memahami atau bahkan ikut serta dalam permainan ini.
Mesuji, 01 Oktober 2024
Cheudin
Ketua DPD Jurnalis Nasional Indonesia Mesuji
Baca juga:
Tony Rosyid: Demokrat Dalam Jebakan PDIP?
|